Total Pageviews

Sunday 30 March 2014

Dokter Disayang, Dokter Ditendang

Antipati terhadap dokter tidak hanya terjadi pada masyarakat umum, di kedinasan selevel TNI pun baru-baru ini terjadi. Kapter Dr. Achmad Arief Fantoni, yang bertugas di skuadron Pendidikan 102 Komando Pendidikan TNI AU Lanud Adisucipto Yogyakarta, dikeroyok oleh Lettu D dan 8 Perwira berpangkat letnan hingga mayor pada 12 Maret 2014 lalu.

Apa pasal? Lettu D tidak suka atas diagnosis yang ditetapkan oleh dr. Arief. Lettu D dinilai mempunyai masalah pada jantung dan itu mengakibatkan Lettu D tidak akan diizinkan terbang. Keributan katanya terjadi di kantin. Sehingga ada beberapa perwira yang tidak tau duduk permasalahan ikut-ikutan mengeroyok. Akibatnya dr. Arief mengalami luka-luka dan perlu penanganan khusus masuk ICU. Bukannya menghubungi keluarga, skuadron malam menutup rapat kasus ini hingga hari ke-14 dirawat keluarga baru dikabari.

Lain cerita, di Jombang. Karena tidak sabar mengantre, seorang bapak mengamuk di tempat praktek dr.Sony. Warga yang tidak tahu duduk persoalan bukannya melerai malah ikut-ikutan mengeroyok dr. Sony yang saat itu sedang memeriksa pasien. Bapak itu hanya hendak mengkhitankan anaknya, bukan kasus emergency yang butuh penanganan segera.

Dua kejadian di atas adalah kasus fresh. Namun, belum hilang rasanya dalam ingatan kasus dr. Ayu dkk yang ditangkap dan dipenjara karena putusan mahkamah agung yang menyatakan bersalah atas kematian seorang ibu dalam proses melahirkan akibat emboli. Padahal jelas emboli adalah hal yang mustahil untuk dicegah akibatnya meski dokter ahli sekalipun dimanapun. Meski akhirnya diputus bebas setelah PK, namun image di masyarakat kadung "jelek". Aksi yang dilakukan oleh dokter-dokter Indonesia yang menuntut jaminan atau perlindungan dalam melayani pasien dikatakan sebagai upaya agar dokter kebal hukum. Padahal nyata-nyata, kepastian hukum itu sebagai landasan kenyamanan untuk melayani pasien dengan sebaik-baiknya, semaksimal mungkin, tanpa takut dengan ancaman hukuman penjara. Jelas feed backnya untuk masyarakat itu sendiri.

Fenomena-fenomena antipati terhadap dokter ini bukan tidak mungkin akan terus berkembang sejalan dengan ketidakpastian perlindunga terhadap dokter. Semua kalau salah adalah kesalahan dokter. Pasien meninggal, pasien terhambat pekerjaannya karena hasil pemeriksaan dokter, pasien membuang waktu karena menunggu.

Andai komunikasi bisa berjalan dua arah.

Pasien dan keluarga harus paham akan setiap kondisi yang akan terjadi. Tindakan yang diambil, efek samping, komplikasi. Semua harus bisa dijelaskan sesederhana dan semengerti mungkin. Namun, terkadang karena kasus emergency keluarga tanpa sadar mengiyakan saja apa mau nya dokter tanpa mendengar apa kemungkinan yang akan terjadi. Bahkan dengan bukti informed consent yang ditandatangani pun akan dibilang dipalsukan bila terjadi hal yang tidak diinginkan.

Lettu D harusnya tidak mengambil sikap arogan. Padahal kalau mau berfikir, dengan kondisi yang tidak layak terbang namun memaksa untuk di-fit kan tentu akan membahayakan diri sendiri, minimal, dan orang lain serta merugikan skuadron pastinya.

Masyarakat harus tahu apa saja yang menjadi kasus emergency dalam kedokteran. Sunat, sakit gigi bahkan demam di bawah 40 derajat bukanlah hal emergency (bila tidak ada riwayat kejang demam).

Yakinlah, gak ada 1 orang dokter pun yang mau merugikan pasiennya, terutama dalam hal nyawa. Saya sendiri, pernah nangis sesegukan karena pasien saya meninggal. Jadi jangan bayangkan bahwa moralitas dokter hanya sebatas materi. Kami bekerja dengan perasaan. Karena pekerjaan ini adalah masalah kemanusiaan bukan seperti montir yang bisa mencoba-coba kalau kendaraan "sakit".

Saya tidak akan memungkiri oknum. Karena apapun pekerjaan, apapun profesi pasti ada oknum. Dokter yang malas ngomong, malas mendengarkan, malas menjelaskan, yang tahunya datang mengobati dibayar. Tapi, jangan lantas antipati kepada profesi ini. Karena saya yakin masih banyak dokter yang "baik" di luar sana.

Semoga hanya sampai disini persoalan yang dihadapi dokter-dokter Indonesia. Jangan sampai ada lagi pelecehan-pelecehan oleh orang-orang tak bermoral kepada profesi ini. Semoga dokter-dokter Indonesia bisa mengabdi dengan kenyamanan dan keamanan.

Pemilu, Siapa Yang Anda Pilih? Non Muslim?

Bismillah.

Pemilihan umum tinggal menghitung hari. Mulai dari calon anggota legislatif hingga calon presiden sudah bisa ketahui melalui pamflet, poster bahkan iklan di media elektronik.

Yang mengusik saya adalah munculnya sosok dengan latar belakang agama minoritas yang mencalonkan diri sebagai wakil presiden. Sebelumnya sudah lebih dulu ada wakil gubernur yang suka "marah-marah" memimpin kota megapolitan dengan latar belakang agama minoritas.

Lantas apa masalahnya? Toh, gak ada larangan dalam undang-undang, negara kita negara demokrasi, maka siapapun boleh untuk mencalonkan diri sebagai pemimpin. Iya. Memang dalam hukum negara tidak ada masalah. Namun, dalam pandangan hukum Islam, ini adalah masalah besar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam QS Al-Maidah: 51


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa di antara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.”
[Al-Maidah: 51]
Banyak perintah Allah lainnya untuk tidak mengangkat non muslim sebagai pemimpin, jangankan pemimpin, teman setia saja tidak boleh. Allah "mengancam" tidak akan memberi pertolongan kepada makhluknya yang mengangkat pemimpin dari golongan orang kafir. Lihat Q.S Al-Imron: 28. " Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi pemimpin dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barangsiapa berbuat demikian. niscaya lepaslah pertolongan Allah kecuali karena siasat memelihara diri dari sesuatu yang datakuti mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah kembali(mu)." 

Kalau mau lihat hasil dari pimpinan seorang non muslim, tengoklah ke Jakarta. Banyak keputusan khalayak yang diambil tidak pro kepada muslim. Jakarta semakin jauh dari nuansa Islam. Takbiran keliling dilarang, konser metalica malah gubernurnya ikuta-ikutan nonton. Acara tahun baru gegap gempita, memfasilitasi acara malam muda-mudi sampe-sampe jalan ditutup. Membongkar masjid, tapi pembangunan tempat ibadah agama lain di area mayoritas muslim dipersilahkan. Lokalisasi mau dilegalkan. Nih banyak lagi, meluncur aja ke TKP.

Ingat, Allah tidak akan menolong kita. Kalau Allah tidak mau menolong siapa lagi?!

Negara dengan minoritas muslim, mereka tidak mengangkat muslim sebagai pemimpinnya, malah kebebasan beribadah dilarang. Tengok Bulgaria, Polandia, Perancis, Rusia! Mau jadi mayoritas yang diperlakukan seperti minoritas? Meski sekarang begitu. Kita menolak pembangunan rumah ibadah agama lain di daerah mayoritas dibilang tidak toleran. Kita membangun masjid di dekat perkampungan mereka dibilang semena-mena.

Jadi, cerdaslah memilih. Ini juga berlaku untuk anggota legislatif. Pilih mereka yang benar-benar amanah, jujur. Caranya? Lihat track record mereka kalau sudah pernah menjabat. Atau kalau baru, lihat track record partai. Karena mau tidak mau, mereka tentu akan mengusung visi dan misi dari partainya.
Ini nih sebagai referensi..



Rasulullah bersabda

سيأتي على الناس سنوات خداعات يصدق فيها الكاذب و يكذب فيها الصادق و يؤتمن فيها الخائن و يخون فيها الأمين و ينطق فيها الرويبضة قيل : و ما الرويبضة ؟ قال : الرجل التافه يتكلم في أمر العامة
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya dan orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati, dan berbicara di zaman itu para Ruwaibidhoh.” Ditanyakan, siapakah Ruwaibidhoh itu? Beliau bersabda, “Orang bodoh yang berbicara dalam masalah umum.”[HR. Al-Hakim dari Abu Hurairah radhiyallahu’anhu, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’, no. 3650].

Jangan mau hak suara kita dibeli dengan selembar uang, sekarang mereka memberi, setelah terpilih mereka akan mengambil hak-hak kita, rakyat yang diwakilkan oleh mereka. Jangan hanya menilai dari blusukan tanpa solusi, cari mereka yang benar-benar pintar mengolah masalah, memberi solusi.

Jangan juga memilih menjadi golput. Tidak akan menyelesaikan persoalan. Pasti ada yang baik diantara yang busuk-busuk itu. Lihat kesehariannya, lihat keluarganya. Golput hanya akan memenangkan minoritas. Jangan menjadi tak acuh, karena ini negara kita. Tempat kita dilahirkan, menumpang hidup dan kelak akan mati di tanah air ini.

Semoga bisa membuka mata hati kita agar dapat menjadi pemilih yang cerdas.

Saturday 29 March 2014

Ada Apa Dengan TKW Kita?

Rada ngeri baca ulasan disini.

Bukan sekali dua kita menonton atau mendengar bahwa ada tenaga kerja Indonesia yang dihukum di negara orang. Dari yaang hukuman penjara hingga hukuman mati. Bukan hal yang aneh lagi kalau diantara para TKW pulang dengan membawa anak-anak bayi yang dari mukanya jelas gen berasal dari dua orang berbeda kebangsaan. Atau bukan sesuatu yang tak biasa beberapa pulang dengan kondisi badan penuh siksaan, atau tanpa membawa hasil apa-apa.

Cerita di atas adalah hal yang mendominasi pemberitaan media di Indonesia.

Saya tidak pernah tahu jelas duduk permasalahan para TKW tersebut. Kalaupun yang pernah saya tahu adalah beberapa orang yang saya kenal, yang kerjanya TKW, adalah mereka yang bernasib baik. Teman nyata ataupun teman dari dunia maya.

Tetangga saya, anaknya pulang dari Malaysia bisa bangunin emak nya rumah. Dua tahun kerja menurutnya cukup, akhirnya buka usaha sendiri di kampung halaman. Teman dunia maya saya juga tidak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan selama di Hongkong. Malah ada yang seperti "ketagihan" kembali kerja kesana meski sudah punya keluarga di Indonesia. Yah, kalau mau hitung-hitungan kerja di luar negeri memang menjanjikan dari segi ekonomi.

Lantas, mengapa ada yang sampai disiksa, diperkosa atau bahkan ada yang sampai bisa membunuh. Takdir? Pasti. Sedang daun yang jatuh saja Allah yang Maha Mengatur.

Persoalannya adalah siap atau tidak menjadi seorang tenaga kerja di negeri orang dengan kemampuan yang dimiliki. Niat awal merantau jauh apa, bener-bener ingin jadi pekerja yang sudah ditentukan saat sebelum berangkat oleh agensinya, kalau pake agensi, atau hanya coba-coba, atau ada niat terselebung lainnya.

Kita gak usah jauh-jauh berandai-andai kerja di negeri orang. Di kampung kita sendiri, apa kita sudah termasuk mahir dalam hal urusan pekerjaan yang akan kita kerjakan. Misal, pekerja rumah tangga (PRT). Maaf sekali. Beberapa kali punya PRT, mungkin hanya 1 atau 2 yang bener-bener sreg di hati soal tanggung jawab pekerjaannya. Lainnya, ada yang nyapu apa yang nampak saja, bawah-bawah lemari dibiarkaan, debu di atas lemari masa bodo, piring gelas suka pecah, atau ada yang suka nyuri.

Apalagi kalau benar kasus yang diulas oleh artikel yang saya sebutkan link nya tadi.

Terkendala masalah bahasa, mau diajarin juga sama aja ngomong sama boneka. Uang tebusan TKW sudah cukup besar, wajar dong kalau majikan mau dapat pelayanan yang memuaskan. Peralatan listrik gak bisa pakai. Apalagi kalau sampai ada yang kabur-kaburan. Nyambi jadi PSK! Saya gak habis pikir. Jauh-jauh ninggalin keluarga hanya untuk buat dosa.

Masih ingat Darsem? Si toko emas berjalan, julukan yang diberikan oleh pengacara yang mendampinginya. Terancam hukuman mati karena membunuh majikan yang katanya hendak memperkosa. Beda nasib dengan Ruyati yang benar-benar dihukum pancung. Darsem yang bebas karena membayar diyat, yang saat ini juga akan diusahakan untuk TKW Sutinah, katanya seakan lupa diri. Saya sih gak ambil pusing dengan kelupaan dirinya itu. Saya hanya tidak suka bila pemerintah Indonesia seperti membuang-buang uang.

Kalau ditanya, relakah saya melihat ada warga negara Indonesia di hukum pancung di negeri orang? Tidak. Tidak apabila WNI itu benar, misal karena pembelaan diri. Kalau jelas dan terbukti membunuh karena hal-hal lain, seperti ketahuan mencuri atau sejenisnya, maka BIG NO.

Intinya adalah memutus mata rantai WNI yang dihukum pancung. Caranya? Ya bekali dong dengan benar-benar mereka yang benar-benar ingin kerja sebagai TKW. Tindak PJTKI yang asal kirim TKW tanpa pembekalan keahlian. Tapi yang paling penting, mulai dari keluarga. Bapak-bapak kemana, kok bisa sampa isteri yang keluar rumah mencari penghidupan?! Jangan hanya tergiur uang banyak terus merelakan masa depan hidup berdampingan dengan orang-orang terkasih.

Semoga ada keadilan yang benar-benar adil bagi mereka yang jujur. Oiya, Sutinah katanya sudah hafal 15 Juz Al-Quran di dalam penjara. Subhanallah. Penjara apa yang sampai bisa membuat seseorang jadi hafidz Al-Quran?! Allah sebaik-baik pembuat rencana.

Friday 28 March 2014

Survey Praktek Pribadi Oleh Dinas Kesehatan

Melanjutkan postingan tentang Surat Izin Praktek, Saya akan membagi hal-hal apa saja yang menjadi konsen penilaian tempat praktek oleh tim survey dinas kesehatan.

Ada beberapa hal, mulai dari administrasi, ruangan, sanitasi, peralatan standar hingga obat-obatan.

Administrasi
Yang dinilai adalah kelengkapan dari buku registrasi pasien, status, blanko inform consent, blanko rujukan dan plang nama. Selain itu, kita juga harus membuat surat pemberitahuan ke puskesmas terdekat dan membuat semacam perjanjian kalau kita akan bersedia melaporkan kasus-kasus ke puskesmas sebagai data laporan ke dinas kesehatan.

Ruang Praktek
Harus ada ruang tunggu, ruang periksa, meja kerja dokter dan administrasi dan lantai (bentuk dan bahan lantai)

Sanitasi
Yang dinilai ada tidaknya toilet beserta kotak sampah tertutupnya, penerangan, sumber air, ventilasi, wastafel+handsoap, kotak sampah tertutup di ruang periksa (2 buah; medis dan non medis), safety box dan MoU limbah medis.
Untuk MoU limbah medis, kita harus mengajukan ke puskesmas yang mempunyai incinerator. Buat dulu surat permohonan, acc baru deh nanti ada buktinya.

Peralatan Medis
Ada tensimeter, stetoskop, tabung oksigen+regulator, timbangan bayi dan dewasa, toples kapal alkohol, handscoon, masker, minor surgery dan sterilisator (disesuaikan saja, kalau gak juga gapapa, kan bisa direbus).

Obat-Obatan Emergency
Ada adrenalin/epinefrin ampul, kortison ampul, dexamethason ampul, cairan infus, infus set, wing needle, abocath, spuit, kapas, alkohol dan protap shock anafilatik.

Nah, biasanya sih gak terlalu dipersulit lah ya, apalagi kalo standar di atas terpenuhi. Cuma, butuh modal juga ternyata hihi..

Semoga bermanfaat.

Surat Izin Praktek

Karena hidup adalah pilihan, maka saat ini saya memilih untuk membuka "warung sendiri" di samping tugas pagi di puskemas. Waktu di Batam, masalah perizinan saya cuma dilibatkan sebatas ke kantor perizinan, karena tempat saya bekerja, klinik, yang mengurus semua persyaratan standar tempat praktek. Di Kalimantan Timur lebih gak dilibatkan lagi, wong saya cuma disuruh ngumpul KTP, STR legalisir, ijazah, sudah. Selebihnyaa orang suruhan pimpinan yang ambil alih.

Nah, lain halnya sekarang. Karena untuk praktek pribadi, ya saya sendiri yang harus urus sana sini.

Pertama, ambil 1 eksemplar surat permohonan izin usaha di kantor walikota Palembang, bayar 5 ribu. Isinya ada surat permohonan dengan syarat-syarat fotokopi KTP yang berlaku, STR legalisir, surat rekomendasi organisasi profesi (dalam hal ini IDI) atau fotokopi legalisir, fotokopi ijazah dan foto 3x4 2 lembar. Surat permohonan ditandatangani di atas materai 6000. Lembar selanjutnya ada surat kuasa untuk mengurus SIP bagi yang berhalangan untuk mengurus sendiri, tandatangan di atas materai 6000 juga. Lembar terakhir ada surat pernyataan yang intinya akan menjaga kebersihan, kerapian dan keindahan tempat usaha, tandatangan di atas materai 6000 juga.

Surat rekomendasi organisasi profesi (IDI) buatnya mudah aja kalau sudah terdaftar sebagai anggota. Tinggal datang ke sekretariat IDI, sebutin nama, alamat, tempat tanggal lahir, bayar iuran IDI kalau masih nunggak, sudah. Eh, tapi suratnya gak langsung jadi ya. Saya kemarin 1 minggu. Rajin-rajin aja telponin, tanya selesai belum. Mujur cepet kalau ketua IDI lagi standby di Palembang. Kalau gak, pengalaman temen bisa 1 bulan lebih. Nah, bagi yang belum terdaftar, daftar dulu jadi anggota. Bawa fotokopi ijazah, STR, foto sama uang iuran 15 ribu untuk 1 bulan, jadi bayar 180 ribu aja untuk 1 tahun.

Kalau syarat sudah, balikin lagi 1 eksemplar surat permohonan ke kantor walikota. Gak bayar. Tinggal tunggu kapan orang dinas mau survey. Kalau acc, keluar deh surat izin prakteknya.

Apa aja yang disurvey, next postingan ya.. 

Thursday 27 March 2014

Roseola, Campak, Atau Rubella?

Tiga penyakit yang sering salah dalam penilaiannya oleh masyarakat awam. Ketika anak keluar ruam langsung dibilang campak. Langsung disuruh minum air kelapa. Semua berdasarkan katanya. Buat anak kok katanya-katanya!

Jadi sebenarnya penyakit ini berbeda meski sekilas kalau melihat dari ruam (bercak/bintik merahnya) ya sama saja. Namun ada beberapa gejala yang bisa membedakan satu diantara yang lainnya. Apa itu? Saya coba paparkan sepengetahuan saya.

Roseola
Disebabkan oleh virus dari keluarga herpes. Tapi roseola tidak menyerang organ genitalia dan tidak menyebabkan batuk pilek (kalaupun ada jarang dan tidak parah). Biasanya terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 2 tahun. Gejala awal demam tinggi bisa 2-3 hari bahkan 8 hari, kemudian turun baru muncul ruam. Ruam akan hilang sendiri dalam waktu 2-3 hari. 


sumber foto: www.thejaybirdcchronicles.com

Campak
Kalau campak disebabkan oleh virus dari kelompok Paramyxovirus. Ada beberapa fase mulai dari inkubasi (kuman masuk dalam tubuh), prodromal hingga erupsi. Fase inkubasi 7-14 hari dimana pasien mengalami gejala layaknya flu biasa; demam, nyeri badan, batuk pilek, dan radang pada selaput mata. Selanjutnya akan nampak bercak koplik (khas campak) di mukosa dalam mulut. Selanjutnya dalam keadaan pasien demam tinggi, ruam akan muncul, khasnya ruam akan muncul mulai dari belakang telinga, ke muka, leher, tangan dan badan hingga kaki. Demam akan turun barulah ruam akan menghilang dimulai dari yang terakhir kali muncul. Yang ditakutkan dari campak adalah radang paru-paru dan otak. Ini seringkali terjadi pada orang yang tidak divaksin. Pertanyaannya, apakah orang yang divaksin, gak bakalan kena? Belum tentu, karena vaksin bukannya mengeradikasi 100% penyakit. Namun, bagi yang sudah divaksin, gak akan muncul komplikasi yang berujung kepada kematian.


 sumber foto: onlineallarticles.blogspot.com

Rubella
Nah, kalau ini hampir sama dengan campak (measles, tampek) cuma bedanya ruam muncul pertama kali di wajah dan leher dan lama penyakit lebih singkat serta pada pemeriksaan biasanya didaptkan pembesaran kelenjar getah bening di daerah leher dan belakang telinga. Yang ditakutkan adalah bila terkena pada wanita hamil. Karena virus rubella ini dapat lewat ke plasenta dan mengakibatkan rubella kongenital pada janin. Ini juga bisa dicegah dengan vaksin MMR di usia 18 bulan dan boosternya.


sumber foto: vanessajunkin.wordpress.com


Karena semuanya disebabkan oleh virus, penyebarannya sama. Melalui droplet yang keluar dari batuk, tertawa atau bersin penderita. Pengobatannya, simptomatik saja artinya sesuai gejala; demam kasih anti demam, batuk kasih obat batuk. Namun bila ada komplikasi berarti butuh penanganan lebih lanjut.

Semoga pengetahuan ini bermanfaat dan jadi landasan bila anak atau keluarga sakit disertai ruam, jadi tidak katanya-katanya lagi yang akhirnya terlambat mencari pertolongan.

Ketika Harus Memilih

Hidup ini dipenuhi dengan berbagai macam pilihan.
Ketika kita bisa saja jadi orang jahat, tapi nurani membuat kita memilih untuk tetap jadi orang baik. Bersedih setiap waktu, tapi orang-orang sekitar mampu membuat kita memilih bangkit dan berbahagia. Ada yang kemudian memilih menjadi wiraswasta padahal telah "nyaman" dengan status abdi negara-nya. Pun mereka yang memilih bangun ketika mimpi begitu melenakan.

Ya, semua adalah pilihan-pilihan, yang suka atau tidak suka, bakalan ada di setiap momen kehidupan kita. Apapun konsekuensi, pilihan harus tetap diambil, tidak boleh pada zona abu-abu berlama-lama, pilih hitam atau putih. Entah apa landasan yang mendasari.

Saya termasuk orang yang tidak ambisius dalam mengejar sesuatu. Itu pilihan hidup saya. Bila sudah cukup nyaman dengan sesuatu, cukup sudah. Namun, bukan berarti saya tak punya mimpi.

Saya amat mencintai dunia anak. Maka sebelum lulus dari koas, saya sudah bercita-cita melanjutkan ke jenjang spesialistik, yaitu anak. Ada beberapa orang akan berubah setelah melewati stase per stase kurikulum pendidikan profesi. Lewat bedah, ingin jadi ahli bedah. Penyakit dalam, ingin jadi internis. Anestesi, ingin jadi ahli bius membius. Saya tidak, saya memilih untuk tetap menjadi seorang dokter anak.

Lambat laun, pilihan-pilihan lain mulai terpikirkan. Apa pasal? Ya, keluarga.

Tiga tahun menanti amanah dari Allah berupa gadis kecil pujaan hati ummi :*, saya tidak mau gegabah memutuskan sesuatu. Pilihan untuk tetap jadi dokter umum adalah kemungkinan terbesar, setidaknya untuk saat ini. Terlebih kondisi suami yang tidak 100% berada di rumah. Satu bulan sekali baru pulang.

Suami pernah berkata ketika tahu sekolah spesialis anak paling cepet 5 tahun, "Mau jadi apa anak kita, dek. Abi nya jauh, ummi nya sekolah. Takut abi, anak kita jadi anak yang "nakal" tanpa bimbingan orang tua."

Apa ada yang salah dengan kalimat tadi? Tidak. Ketakutan itu pula lah yang berhasil meredam cita-cita itu sebelum berani untuk diambil jauh-jauh hari. Saya gak akan biarkan anak saya tumbuh tanpa dampingan orang tua nya. Itu tekad saya. Meski saya tidak bisa menjamin bahwa di luar sana anak saya akan tetap menjadi anak pujaan hati ummi. Tapi setidaknya, gadis kecil ummi tidak akan jauh melenceng. Ibarat jalan setapak di hutan yang diberi panduan tali di kanan kirinya, maka selagi tali itu tidak diputus, maka insya Allah akan tetap ada pegangan untuk menempuh likunya perjalanan.

Pilihan selanjutnya adalah ambil S2. Tidak menyita waktu karena kuliah hanya di akhir pekan. Namun, karena dari awal tidak dipersiapkan pilihan-pilihan lain, agak bimbang memutuskan ini.

Beginilah kalau hidup berjalan tanpa rencana cadangan. Terus saja mengikuti alur. Tidak terikat target-target. Mengalir ibarat air.

Itu juga pilihan hidup saya.

Saya memilih bahagia dengan melihat anak saya tumbuh sehat, cerdas dan sholeha, dibanding merasa iri dengan teman-teman yang telah melanjutkan sekolahnya.
Saya memilih untuk tidak pusing dengan target karier yang bisa dicapai, meski kanan kiri kadang ada yang ribut melihat saya seperti tidak berusaha menjadi seorang pegawai negeri.
Saya memilih menikmati menanti suami pulang dibanding mencari kesibukan di luar hingga melupakan rindu yang terpupuk setiap harinya.

Saya memilih menjadi sekedar ibu rumah tangga yang cukup dengan mengabdi di sebuah puskesmas dekat rumah, yang dengannya saya bisa bahagia.

Siapa Saya?

Seorang wanita yang full bahagia dengan seorang gadis kecil nya yang berusia 8 bulan 11 hari (27 maret 2014) dan suami yang amat mencintainya dan dicintainya (uhukk :D)

Seorang "pengabdi" dalam bidang kedokteran, yang saat ini sedang PTT di sebuah puskesmas kota Palembang, setelah sebelumnya berkelana dari Batam hingga ke Kalimantan Timur mengikuti kelana sang suami.

Seorang pecinta novel, suka makan (terlihat dari postur tubuh :D), nonton (addicted to NCIS dan film serial sejenis) dan tidur.

Siapapun saya, semoga dapat memberi manfaat bagi sesama. :)

Lewat Blog Ini...

Lewat tulisan terkadang hati berbicara lebih.
Tentang resah, haru, bahagia, keluh apapun itu.
Sebelum lisan berujar, seringkali fikir menghentikan gerak lidah, kelu, akhirnya redam sendiri tanpa suara.

Semoga bisa memberi lebih dari sekedar coretan.