Total Pageviews

Saturday 29 March 2014

Ada Apa Dengan TKW Kita?

Rada ngeri baca ulasan disini.

Bukan sekali dua kita menonton atau mendengar bahwa ada tenaga kerja Indonesia yang dihukum di negara orang. Dari yaang hukuman penjara hingga hukuman mati. Bukan hal yang aneh lagi kalau diantara para TKW pulang dengan membawa anak-anak bayi yang dari mukanya jelas gen berasal dari dua orang berbeda kebangsaan. Atau bukan sesuatu yang tak biasa beberapa pulang dengan kondisi badan penuh siksaan, atau tanpa membawa hasil apa-apa.

Cerita di atas adalah hal yang mendominasi pemberitaan media di Indonesia.

Saya tidak pernah tahu jelas duduk permasalahan para TKW tersebut. Kalaupun yang pernah saya tahu adalah beberapa orang yang saya kenal, yang kerjanya TKW, adalah mereka yang bernasib baik. Teman nyata ataupun teman dari dunia maya.

Tetangga saya, anaknya pulang dari Malaysia bisa bangunin emak nya rumah. Dua tahun kerja menurutnya cukup, akhirnya buka usaha sendiri di kampung halaman. Teman dunia maya saya juga tidak pernah mendapatkan perlakuan yang tidak menyenangkan selama di Hongkong. Malah ada yang seperti "ketagihan" kembali kerja kesana meski sudah punya keluarga di Indonesia. Yah, kalau mau hitung-hitungan kerja di luar negeri memang menjanjikan dari segi ekonomi.

Lantas, mengapa ada yang sampai disiksa, diperkosa atau bahkan ada yang sampai bisa membunuh. Takdir? Pasti. Sedang daun yang jatuh saja Allah yang Maha Mengatur.

Persoalannya adalah siap atau tidak menjadi seorang tenaga kerja di negeri orang dengan kemampuan yang dimiliki. Niat awal merantau jauh apa, bener-bener ingin jadi pekerja yang sudah ditentukan saat sebelum berangkat oleh agensinya, kalau pake agensi, atau hanya coba-coba, atau ada niat terselebung lainnya.

Kita gak usah jauh-jauh berandai-andai kerja di negeri orang. Di kampung kita sendiri, apa kita sudah termasuk mahir dalam hal urusan pekerjaan yang akan kita kerjakan. Misal, pekerja rumah tangga (PRT). Maaf sekali. Beberapa kali punya PRT, mungkin hanya 1 atau 2 yang bener-bener sreg di hati soal tanggung jawab pekerjaannya. Lainnya, ada yang nyapu apa yang nampak saja, bawah-bawah lemari dibiarkaan, debu di atas lemari masa bodo, piring gelas suka pecah, atau ada yang suka nyuri.

Apalagi kalau benar kasus yang diulas oleh artikel yang saya sebutkan link nya tadi.

Terkendala masalah bahasa, mau diajarin juga sama aja ngomong sama boneka. Uang tebusan TKW sudah cukup besar, wajar dong kalau majikan mau dapat pelayanan yang memuaskan. Peralatan listrik gak bisa pakai. Apalagi kalau sampai ada yang kabur-kaburan. Nyambi jadi PSK! Saya gak habis pikir. Jauh-jauh ninggalin keluarga hanya untuk buat dosa.

Masih ingat Darsem? Si toko emas berjalan, julukan yang diberikan oleh pengacara yang mendampinginya. Terancam hukuman mati karena membunuh majikan yang katanya hendak memperkosa. Beda nasib dengan Ruyati yang benar-benar dihukum pancung. Darsem yang bebas karena membayar diyat, yang saat ini juga akan diusahakan untuk TKW Sutinah, katanya seakan lupa diri. Saya sih gak ambil pusing dengan kelupaan dirinya itu. Saya hanya tidak suka bila pemerintah Indonesia seperti membuang-buang uang.

Kalau ditanya, relakah saya melihat ada warga negara Indonesia di hukum pancung di negeri orang? Tidak. Tidak apabila WNI itu benar, misal karena pembelaan diri. Kalau jelas dan terbukti membunuh karena hal-hal lain, seperti ketahuan mencuri atau sejenisnya, maka BIG NO.

Intinya adalah memutus mata rantai WNI yang dihukum pancung. Caranya? Ya bekali dong dengan benar-benar mereka yang benar-benar ingin kerja sebagai TKW. Tindak PJTKI yang asal kirim TKW tanpa pembekalan keahlian. Tapi yang paling penting, mulai dari keluarga. Bapak-bapak kemana, kok bisa sampa isteri yang keluar rumah mencari penghidupan?! Jangan hanya tergiur uang banyak terus merelakan masa depan hidup berdampingan dengan orang-orang terkasih.

Semoga ada keadilan yang benar-benar adil bagi mereka yang jujur. Oiya, Sutinah katanya sudah hafal 15 Juz Al-Quran di dalam penjara. Subhanallah. Penjara apa yang sampai bisa membuat seseorang jadi hafidz Al-Quran?! Allah sebaik-baik pembuat rencana.

No comments:

Post a Comment